Selamat Datang 2018 Tahun Pemanasan Politik Indonesia

Tahun 2018 datang meninggalkan hingar bingar politik tahun 2017 lalu. Selamat datang tahun politik periode awal menjelang pesta demokrasi nasional di tahun 2019 nanti. Pada tahun ini akan digelar pilkada serentak periode ketiga yang akan diselenggarakan oleh 171 daerah yang terdiri dari pemilihan gubernur di 17 provinsi, 115 kabupaten dan 39 kota di Indonesia. Pada tahun ini pula tahapan awal pileg dan pilpres akan dilakukan. Dari kondisi tersebut dapat dipastikan tahun ini adalah tahun pemanasan politik nasional.
Gelaran pilkada serentak serta merta akan membuat peta politik nasional menjadi semakin terlihat jelas. Tentu saja euforia politik pada tahun sebelumnya akan menjadi trend perilaku (politik) pemilih rakyat Indonesia yang akan menggunakan hak politiknya di masing-masing daerah tersebut. Pada saat ini masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim sedang hangat-hangatnya memperhatikan isu-isu agama yang beberapa waktu lalu menjadi hal yang sangat krusial di pilgub Jakarta beberapa waktu lalu. Belum lagi isu yang menerpa bahwa seakan-akan masyarakat muslim sedang terzolimi akibat beberapa kebijakan yang dianggap tidak memihak mereka. Timbulnya ketidakpuasan tersebut melahirkan opini yang mengatakan bahwa ada partai yang membela kepentingan kaum muslim dan sebaliknya. Isu-isu tersebut bahkan menganjurkan masyarakat muslim Indonesia untuk memilih calon kepala daerahnya hanya yang didukung oleh partai politik yang mereka anggap membela kaum muslim saja.
Tentu saja opini politik tersebut akan menimbulkan dampak negatif dari perkembangan demokrasi di negara kita, walaupun sebenarnya sah-sah saja ada anggapan/opini seperti itu. Dengan kian berkembangnya dunia digital,semakin mudahnya mengakses internet dengan segala cara, membuat informasi dari seumber manapun akan mudah didapat. Repotnya, tidak sedikit isu yang ternyata belum di klarifikasi ikut dikemas dengan cara yang berlebihan di internet yang kemudian dihembuskan guna menyisipkan ego agama dan primordial. Apabila isu tersebut makin tidak terkendali dikhawatirkan akan memunculkan anarkisme sosial yang muaranya akan merugikan semua pihak.
Kita semua berharap proses demokrasi seperti pilkada serentak dan tahapan awal pileg pilpres pada tahun ini akan terlewati dengan lancar. Untuk hal tersebut perlu kita cermati bersama beberapa hal yang sepatutnya menjadi perhatian semua pihak antara lain adalah :
1. Bagi elit politik, elit pemerintahan dan elit lainnya, perlu memberi contoh yang baik dengan memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan di berbagai kondisi dan suasana.
2. Tinggalkan isu berbau SARA yang bertujuan untuk memenangkan pihak atau golongan tertentu pada kegiatan pilkada nanti.
3. Perlunya keteladanan sikap dari para tokoh agama apapun dalam menyampaikan bimbingan rohani bagi para jemaahnya karena ceramah atau khotbah masih diyakini menjadi panutan yang dapat mempengaruhi perilaku sosial politik pada para pengikut agama di Indonesia.
Tentunya ada beberapa hal yang juga dapat memberikan kondisi yang kondusif menjelang pelaksanaan kegiatan-kegiatan politik pada tahun ini, namun dengan cara atau metode apapun rasanya tidak akan berhasil kalau tidak adanya peran serta yang positif dari masyarakat itu sendiri. Karena dengan melewati fase awal yang dimulai pada tahun ini kiranya fase berikutnya akan menjadi lebih mudah, semoga. (SM)