Menentukan Pasangan Untuk Calon Kandidat Pilkada

Pada ajang kontestasi politik seperti pemilihan kepala daerah (pilkada) tentunya diperlukan pasangan calon untuk dipilih menjadi wakil dari kepala daerah yang baru selain sebagai syarat administratif untuk mendaftar di KPUD setempat. Menurut UU Pilkada No. 1 tahun 2015, bahwa setiap orang yang mencalonkan diri pada sebuah ajang pemilihan kepala daerah harus menyertakan pasangan untuk menjadi wakilnya guna dipilih oleh warga sebagai pasangan kepala daerah dan wakilnya. Seorang wakil atau pendamping calon kepala daerah tidak harus memiliki kriteria khusus untuk menjadi pasangan. Asalkan ia dapat bekerjasama dan memiliki visi misi yang sejalan dengan calon kepala daerah maka berhak menjadi pendamping atau wakil.
Seiring dengan hal tersebut, tentu tidaklah mudah bagi seorang calon kandidat kepala daerah menentukan seseorang menjadi pasangannya nanti ketika akan bertarung dalam kontestasinya nanti. Pertimbangan-pertimbangan politis maupun hal-hal teknis lainnya menjadi masalah yang harus dihadapi seorang calon kandidat pilkada. Semenjak pilkada digulirkan pada tahun 2005 silam menurut pengalaman kami, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan seorang calon untuk memilih pasangannya yaitu faktor Partai Pendukung, Finansial, Popularitas dan Psikologis.

Faktor Partai Pendukung
Faktor ini mempengaruhi pilihan seorang calon kandidat dari segi politis. Jika seorang kandidat ingin maju dalam suatu pilkada namun partai yang mengusungnya kurang memenuhi syarat dukungan minimal jumlah kursi yang sudah ditentukan oleh KPUD, maka lobby politik terhadap partai lain untuk ber-koalisi yang menjadi solusi. Biasanya salah satu proposal yang diajukan oleh calon partai pendukung tersebut adalah mengajukan kader terbaiknya untuk menjadi wakil atau pasangan calon. Cara ini memiliki efek positif yaitu jika pasangan tersebut memenangkan pilkada, maka mitra koalisi partai akan menjadi sebuah dukungan yang kuat di parlemen. Namun efek negatifnya adalah pasangan tersebut akan rawan "pecah kongsi" yaitu dimana kepentingan politis mitra koalisi pada pilkada periode selanjutnya akan memisahkan diri untuk mencalonkan kadernya.
Faktor Finansial
Pada beberapa kasus pilkada di beberapa daerah, faktor ini menjadi pertimbangan seorang calon dalam menentukan pilihan terhadap calon pasangannya. Seorang calon kandidat memilih calon pasangannya karena sang calon wakil memiliki dana yang cukup untuk menanggung semua ongkos biaya kontestasi. Tapi biasanya kondisi ini terpenuhi apabila calon kandidat kepala daerahnya memiliki tingkat popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas yang tinggi.
Faktor Popularitas
Sering kita mendengar adanya artis atau selebritis yang sebelumnya tidak memiliki latar belakang politik tiba-tiba menjadi pasangan calon kepala daerah tertentu. Strategi mendongkrak popularitas secara instan adalah cara seorang bakal calon kepala daerah yang belum memiliki tingkat popularitas yang memadai untuk secepat mungkin menjadi populer.
Faktor Psikologis
Kedekatan seorang bakal calon kepala daerah kepada pasangannya secara pribadi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pilihan terhadap pasangan kontestasi pilkada. Pada beberapa pilkada di Indonesia, seorang calon memilih pasangannya karena menganggap si pasangan adalah sosok yang bisa memahami perilaku atau kedekatan secara historikal. Seperti misalnya seorang calon memilih pasangannya karena dulu calon pasangannya adalah seseorang yang berjasa dalam perjalanan politiknya dan memiliki sejarah kekerabatan yang erat.
Beberapa faktor-faktor yang dapat menentukan pasangan dalam pilkada tersebut adalah hal yang bisa dan biasa dilakukan oleh bakal calon kandidat beserta tim pedukungnya. Akan lebih ideal lagi bila seoarang bakal calon maupun tim suksesnya, memilih calon berdasarkan hasil riset opini publik pra pilkada (survei pemetaan politik). Salah satu output dari hasil survei pra pilkada ini adalah dapat merekomendasikan bakal calon pasangan yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan, sehingga diharapkan seseorang yang ingin maju dan akan memilih pasangannya, tidak salah pilih dan tepat untuk memaksimalkan perolehan suara.